Friday, January 16, 2015

Surat Untuk Pak Jokowi



Surat Untuk Pak Jokowi, Presidenku.

Assalamualaikum,

Surat ini kutulis karena gelisah dan takut Pak. Gelisah yang diawali permintaan Bapak kepada DPR untuk menyetujui Pak Budi Gunawan jadi Kapolri. Awalnya saya tidak percaya. Ketika  hendak memilih menteri, Bapakkan pernah minta clearance dari KPK/PPATK. Dan nama Pak Budi adalah salah satu nama yang tidak direkomendasikan, diberi tanda merah oleh lembaga yg kita hormati itu, bukan? Dan Bapak manut untuk tak mengangkatnya jadi menteri. Lah, kog Bapak mau angkat dia jadi Kapolri? Ada apa Pak? Apa betul, Pak Budi ini kesayangan Bu Mega dan beliau minta dia dijadikan Kapolri tapi Bapak sungkan menampiknya? Taruhlah itu betul, tapi kan Bapak juga sayang sama Bu Mega. Kalau demikian, bukankah tak elok untuk nuruti kata beliau padahal itu keliru? Ya kan Pak? Keliru dong menjadikan orang jadi Kapolri padahal punya catatan buruk di KPK/PPATK?

Ketika Bapak akhirnya secara resmi menandatangani usulan pencalonan Pak Budi dan menyerahkannya ke DPR untuk disetujui, kegelisahan saya semakin membuncah. Lalu kita tergoncang dengan pengumuman KPK. Pak Budi jadi tersangka. Tapi sejurus kemudian, saya jadi terhibur. Ada analisis yang berkembang di media sosial, Bapak minjam suara KPK untuk menolak Pak Budi ke Bu Mega. Alhamdulillah, saya benar terhibur Pak, walau agak getir juga. Ya mosok Pak Presiden RI ra wani bicara terus terang ke Bu Mega? Tapi yo wis yang penting Pak Budi gak jadi Kapolri. Tapi loh, di media kog Bapak dibilang ikut kaget? Bukankah Bapak dah tau sebetulnya sikap KPK/PPATK bagaimana? Bukankah stabilo merah berarti tinggal satu, dua langkah lagi jadi tersangka?  Lalu, Bapak tidak menarik surat pencalonan ke DPR itu, membiarkan proses fit and proper tes terus belangsung. Intinya Bapak bilang menghormati putusan KPK dan sementara juga menghormati proses di DPR. Waduh, piye Pak. Apa gunanya di-fit and proper kalau orangnya dah jadi tersangka, Bukankah dengan demikian Pak Budi sudah tidak fit dan mutlah tidak proper lagi pak? Surat pencalonan yang jadi dasar adanya tes itu kan sudah seharusnya dibatalkan Pak, ditarik?  Dan akhirnya, seiring buyarnya analisis itu mencul ketakutan saya: Pencalonan Pak Budi ya karena maunya Bapak. Waduh!

Wah saya jadi takut, Pak. Takut kalau Bapak sungguh-sungguh akan melantiknya jadi Kapolri. Saya tak bisa membayangkan betapa kecewa dan marahnya rakyat Indonesia, secara khusus pendukung dan pemilih Bapak di Pilpres lalu. Mereka milih Bapak karena Bapak adalah harapan baru Indonesia. Harapan akan Indonesia yang bersih dari korupsi. Harapan akan Indonesia yang Presidennya mau bekerja dan mendengar rakyat jelata. Ingatkan Pak sama semboyan Jokowi Adalah Kita ? Artinya, rakyat melihat diri mereka ada pada Bapak: Jujur, Sederhana, dan Bekerja.  Dalam sejarah bangsa kita, rasanya belum pernah Pak, rakyat merefleksikan dirinya sedalam  itu terhadap pemimpinnya, presidennya. Bapak tentu juga ingat, rakyat tidak hanya berbondong-bondong kepanasan di bulan yang suci menunggu Bapak hadir di arena kampanye, tapi juga rela sambil ngantri menyumbangkan duitnya yang tak seberapa untuk pendanaan kampannye Bapak. Saya masih merinding Pak, saat  mengingat lautan manusia di Senayan pada hari terkahir kampanye, lautan manusia di sepanjang Semanggi sampai Monas, dan Syukuran salam tiga jari itu. Kejadian ini juga belum penah terjadi dalam sejarah bangsa kita. Sebelumnya, di media sosial, pendukung-pendukung Bapak bersahut-sahutan membantah fitnah keji terhadap Bapak lewat cerita bohong sampai foto rekayasa. Bahkan ini masih berlanjut sampai sekarang. Bayangkan Pak, apa kata tukang fitnah itu kini kalau akhirnya Bapak melantik Kapolri yang jadi tersangka?  Tidakkah nantinya gagasan revolusi mental yang Bapak usung akan jadi bahan olok-olok. Tidakkah semua kredibilitas Bapak akan hancur seketika? Bagaimana Bapak bisa memenuhi harapan-harapan rakyat kalau sudah begini?

Pak Jokowi, jangan hancurkan harapan Indonesia. Jangan pernah lantik Pak Budi Gunawan.

Salam hormat,

Irfan Hutagalung, 
Rakyatmu, pemilihmu yang mendoakanmu agar selalu berada di jalan yang lurus.